Berbincang Bersama Rasulullah Saw.: Membaca Kitab Jawâhir al-Bukhâri  

Berbincang Bersama Rasulullah Saw.: Membaca Kitab Jawâhir al-Bukhâri  

Ibnusinachool.com—Tulisan ini merupakan edisi perdana dari hasil ngaji, ngupi, dan ngemie. Menguraikan dan merangkum hasil ngaji mingguan. Sebenarnya ada beberapa ngaji santae lainnya yang sebagian sudah berjalan dan masih dalam rencana. Ala kulli hâl, kami al-Faqir hanya bisa ngaji… ngaji… ngaji… jangan lupa ngupi! Semoga bermanfaat. Âmin..

Bermula dari sekumpulan kawan sejawat yang suka kongkow-kongkow dan ngupa-ngupi di berbagai sudut kota di Yogyakarta. Pada mulanya, obrolan demi obrolan yang diramu dengan secangkir kopi ini tidak terlalu jelas arahnya. Tanpa moderator. Tanpa sekat, dan tanpa basa-basi. Juga tak ada batas-batas yang menengahi obrolan kami. Mulai dari problematika keseharian, bincangan yang tengah viral di media sosial. Tentang politik dan kenegaraan, kebudayaan, musik, hiburan; soalan ekonomi, hingga tawaran jalan keluar yang sangat subyektif dari setiap masalah yang kami hadapi.

Solusi yang tak terlalu solutif untuk dunia pendidikan, pesantren, ide-ide disain, bisnis, dan lain sebagainya. Dan lagi, usia kita yang rata-rata lebih atau mendekati kepala empat. Anak-anak kami yang mulai beranjak remaja. Kekhawatiran tentang dunia pendidikan, pergaulan remaja yang bertambah ngeri, dan seabrek persoalan lainnya. Pokoknya curhatan sehari-hari ada di sini. Yang penting pulangnya tambah berseri! “Mangkat ndrédég, muleh warég!”

Lambat tapi pasti, obrolan kami pun semakin berisi. Setelah sekian lama, obrolan yang nirsolusi ini mulai menemukan titik terang. Ada kehampaan, meski tetap berfaedah. Muncul kerinduan untuk titik balik dalam suasana ngaji. Mencari celah bagaimana menancapkan kangen pada Sang Nabi; bagaimana agar shalawat dan sanjungan kami kepada beliau tambah mengena dan cespléng. Bagaimana menjelajah zikir-zikir yang kami rasakan bertambah terjal; menyingkap tabir-tabir gelap jalan menanjak menuju Tuhan yang kian hari benar-benar kami butuhkan.

Jika dulu kita mengenal iklan layanan masyarakat pencegahan epilepsi, “Yuk, Di, kita main bola lagi,” Kalau epilepsi diakibatkan impuls listrik yang dihasilkan dalam otak secara berlebihan, nah kita mencegah berkurangnya impuls listrik dalam hati. “Yuk, Mad, kita ngaji lagi!” Ya, mengaji dengan bersandar pada satu kitab yang dengannya kita mengenal lebih dekat pada Nabi Muhammad Saw.

Kita perlu dan butuh, barang seminggu sekali, menyisihkan waktu 20-30 menit untuk mengaji. Membersamai obrolan malam dengan ngupa-ngupi yang lebih berarti. Merenungi dan menghayati lebih dalam perjalanan hidup utusan Tuhan. Mengenal dan berbincang-bincang dengan Nabi dalam bingkai menyimak ucapan-ucapan dan wasiat sucinya. Mengaji hadis Nabi. Untuk itu, kita pilih satu kitab hadis sebagai panduan kurikulum. Kita pilih Kitab Jawâhir al-Bukhâri.  Alasan pemilihan kitab ini dikarenakan; sederhana, ringkas, dan tematik. Tentu, jika kita memilih kitab Kanonik Hadis, hal ini terlalu berat dan memakan waktu lama untuk menyelesaikannya.

Tentang Kitab Jawâhir al-Bukhâri  

Kitab Jawâhir al-Bukhâri adalah ringkasan (mukhtashar) dari kitab Shahîh al-Bukhâri. Disusun oleh Syeikh Musthafa Muhammad Imarah yang diringkas dari kitab Shahîh al-Bukhâri, dan disarikan dari kitab Irsyâd al-Sâri li Syarh al-Bukhâri. Sebuah kitab yang menguraikan dan mensyarah kitab Shahîh al-Bukhâri karangan Imam Syihabuddin Ahmad bin Muhammad al-Khatib al-Qasthalani (923 H). Sehingga dapat pula dikatakan bahwa kitab Jawâhir al-Bukhâri merupakan ringkasan kitab Irsyâd al-Sâri li al-Qasthalani.  

Berdasarkan beberapa edisi bahasa Arab, kitab ini memuat 700 Hadis lengkap dengan syarahnya. Ini sebagaimana termaktub pada cover kitabnya. Dimulai dengan mukadimah yang agak panjang sekitar 7 halaman. Di akhir mukadimah tercantum bait-bait syair yang panjang karangan Syekh Muhammad Imarah. Berisi tentang ekspresi penyusun kitab yang benar-benar menunjukkan sikap tawadhu dan mengharapkan pahala dari Allah. Berpasrah diri sebagai manusia yang tak jarang lalai dan salah. Lalu menyerahkan kepada Allah. Puja-puji kepada Allah dan Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. dst.

Selepas Mukadimah, berlanjut menjelaskan secara mendetail biografi Imam al-Bukhari yang memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah bin al-Ja’fii al-Bukhari (w 156 H) selaku penyusun Kitab Hadis Utama. Bagian berikutnya menjelaskan biografi Imam al-Qasthalani sebagai pengarang kitab Irsyâd al-Sâri li Syarh al-Bukhâri.

Laman selanjutnya inti daripada kitab ini memuat 700 hadis yang terbagi dalam 408 Bab. Pada setiap bab terdiri dari 1-2 hadis, ada pula yang mencantumkan 4 hadis yang setema. Hadis yang ditampilkan berisi matan saja, sedangkan syarahnya diletakkan pada catatan kaki atau di bawah matan hadis. Sebagai kitab yang  praktis dan tepat guna, kitab ini tidak menampilkan mata rantai periwayatan (sanad) secara lengkap, hanya ditampilkan satu atau dua perawi saja. Bisa jadi karena telah disarikan dari kitab Shahîh al-Bukhâri yang dipandang telah terjamin kesahihan sanad dan matannya. Wallahu a’lam